Pengaruh Motif dan Prinsip Ekonomi Terhadap Tindakan Ekonomi

Ekonomi mungkin terdengar seperti pelajaran yang ribet, dimana kita belajar angka, grafik, terus bahas pasar, permintaan-penawaran, dan sejenisnya. Tapi sebenernya, ekonomi ada didalam kehidupan sehari-hari kita, bahkan bisa dibilang tiap hari melakukannya.

Mulai dari jajan bakso atau ayam geprek, sampai mempertimbangan mau beli HP baru atau ditabung dulu — itu semua ya termasuk bagian dari tindakan ekonomi.

Yups, ekonomi bukanlah sekedar urusan orang kantoran atau pelaku bisnis gede, tapi juga tentang bagaimana kita sebagai manusia bisa mengatur dan memenuhi kebutuhan hidup sebaik mungkin. Karena itulah, kamu perlu mempelajari ekonomi.

Karena semua orang, termasuk kamu yang sekarang lagi baca, pasti deh akan atau sudah pernah melakukan tindakan ekonomi — sadar atau gak sadar.

Tindakan Ekonomi

Jadi, tindakan ekonomi sederhananya adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan manusia guna memenuhi kebutuhan hidupnya, supaya bisa hidup sejahtera dan makmur. Tak perlu jauh-jauh, hal sesimpel seperti pas kamu milih mi bungkus daripada nasi goreng karena uang lagi pas-pasan, itu udah termasuk tindakan ekonomi lho.

Dan salah satu contoh tindakan ekonomi yang sering kita temui adalah tawar menawar. Sebuah proses ketika kamu dan penjual saling beradu argumen buat mendapatkan harga yang pas, sebuah  bentuk nyata dari upaya ekonomi untuk mencapai keuntungan dua arah.

Baik pembeli maupun penjual, sama-sama punya tujuan mendapatkan harga terbaik dari transaksi tersebut. Pembeli tentu pengen harga yang semurah mungkin, sedangkan penjual meski ngasih opsi nego harga, tentu tetap ngitung modal dan untung yang bisa di dapat.

Misal kamu pengen beli kaos kaki yang harganya Rp15.000, terus kamu nawar, “Rp10.000 aja, Bu”. Kalau penjualnya setuju, kamu dapet barangnya dan masih ada sisa Rp5.000.

Dari Rp5000 itu bisa kamu pakai buat jajan es teh atau mungkin di tabung. Di sisi lain, penjual juga tetep dapet untung, karena dia telah mempertimbangkan harga modal sebelumnya.

Intinya, tindakan ekonomi selalu melibatkan pertimbangan, strategi, dan pengambilan keputusan yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan — baik secara langsung maupun jangka panjang.

Motif Ekonomi

Sederhananya, motif adalah alasan atau dorongan di balik tindakan kita. Kenapa kita milih A, bukan B, kenapa kita belinya sekarang, bukan nanti.

Dan dalam konteks ekonomi, motif ekonomi adalah dorongan yang membuat seseorang melakukan tindakan ekonomi.

Misal kamu sekarang lapar, dan di rumah gak ada makanan. Terus kamu mikir, “Masak sendiri atau beli aja, ya?”.

Kalau kamu mikir dari sisi penghematan, kamu akan cenderung milih masak sendiri karena lebih murah. Tapi kalau kamu mager atau waktunya mepet, tentu kamu akan beli makanan siap saji.

Semua keputusan tergantung dari motif ekonomi kamu saat itu, apakah lebih mikirin penghematan atau kenyamanan.

Motif Ekonomi Berdasarkan Sumbernya

Motif ekonomi bisa datang dari dua arah, yaitu..

  • Motif Intrinsik
    Adalah dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri. Misal kamu haus, ya beli minuman, lapar ya cari makan.
  • Motif Ekstrinsik
    Sedangkan ini dorongan dari luar, misal kamu ngelihat iklan minuman di TV atau YouTube, terus kamu jadi pengin beli, padahal gak haus. Itulah dorongan dari luar, bukan dari kebutuhan mendesak dalam diri.

Jenis-Jenis Motif Ekonomi Berdasarkan Tujuannya

Motif ekonomi juga bisa dibagi lagi berdasarkan apa yang ingin dicapai dari tindakan ekonominya, yaitu..

  1. Motif untuk Memenuhi Kebutuhan
    Yang paling basic, manusia melakukan tindakan ekonomi karena punya kebutuhan. Contohnya makan, minum, tempat tinggal, pakaian, dan lain sebagainya.
    Semua tindakan yang tujuannya untuk memenuhi hal-hal ini termasuk dalam kategori ini.
  2. Motif untuk Memperoleh Keuntungan
    Motif ini lebih sering muncul di dunia usaha, seorang pedagang tentu gak jualan cuma-cuma kan. Ada tujuan untuk mendapat keuntungan dari setiap produk yang dia jual.
    Bahkan, karyawan yang kerja di kantor juga punya motif ini, tentu saja untuk dapat gaji sebagai imbalan dari jasanya.
  3. Motif Sosial atau Berbuat Baik
    Tak semua tindakan ekonomi itu egois,  terkadang kita juga ngelakuin sesuatu dengan niat ngebantu orang lain. Misal kamu nyumbang makanan ke panti asuhan.
    Itu juga tindakan ekonomi karena ada aktivitas produksi dan konsumsi di dalamnya, tapi motifnya lebih ke sosial daripada nyari keuntungan.

Motif Non-Ekonomi

Motif non-ekonomi muncul bukan karena kebutuhan, tapi karena dorongan-dorongan lain yang lebih bersifat emosional, sosial, atau bahkan cuma demi pencitraan semata. Jadi ya inilah tindakan ekonomi yang gak ada perhitungan logisnya, cuma modal keinginan dan rasa ingin diakui aja.

Coba bayangin gini.. ada orang yang mobilnya masih bagus, AC-nya dingin, mesin halus, pajak hidup, dan masih nyaman dipakai kemana-mana. Tapi tiba-tiba, dia beli mobil baru — bukan karena mobil lamanya rusak, tapi cuma karena pengen pamer ke tetangga biar kelihatan kaya.

Inilah contoh tindakan ekonomi yang dipicu oleh motif non-ekonomi.

Orang yang didorong oleh motif ini biasanya gak mikir panjang, pokoknya asal keinginan hatinya terpenuhi, ya gas aja. Padahal bisa jadi, pengeluaran yang dilakukan justru jauh lebih besar daripada manfaat yang dia dapat.

Motif non-ekonomi biasanya datang dari…

  • Keinginan untuk dipuji
    Misalnya beli barang branded cuman buat pamer di media sosial.
  • Tekanan sosial atau gengsi
    Contohnya beli gadget terbaru tiap rilis, padahal yang lama masih oke.
  • Emosi sesaat
    Misalnya belanja online tengah malam gara-gara gabut atau patah hati.

Tindakan berbasis motif non-ekonomi bisa berbahaya, karena tindakan ekonomi yang semestinya bertujuan efisien — malah berubah jadi ajang pemborosan.

Sumber daya yang kamu punya, entah itu uang, waktu, atau tenaga, bisa kebuang percuma hanya untuk sesuatu yang nilainya tak sebanding dengan pengorbanannya. Kalau sampai begini, kamu bisa jauh dari kata sejahtera.

Maka dari itu, penting bagi kita untuk bisa membedakan mana yang kebutuhan, dan mana yang cuma keinginan sementara.

Prinsip Ekonomi

Agar kita gak gampang terbawa arus gengsi, kita perlu yang namanya prinsip ekonomi. Yang jadi semacam kompas agar setiap keputusan ekonomi yang diambil itu rasional dan menguntungkan.

Prinsip ekonomi itu sebenarnya gampang dipahami, usaha untuk mendapatkan hasil sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya. Intinya, gimana caranya agar kamu bisa dapet untung semaksimal mungkin.

Prinsip ini tak hanya berlaku bagi pebisnis aja ya, tapi juga bagi siapapun. Semua orang yang ingin hidupnya efisien, pasti akan terbantu kalau menerapkan prinsip ini.

Misal kamu ke pasar dan tau ada dua toko yang jual barang yang sama persis. Toko A harganya Rp50.000, sedangkan toko B cuma Rp40.000.

Kalau kamu lebih milih toko B, artinya kamu telah menerapkan prinsip ekonomi, mendapatkan barang yang sama dengan pengeluaran yang lebih kecil.

Kalau di ingat-ingat pas kamu kecil atau malah sekarang, pas pergi ke minimarket terus beli mainan, snack, atau suatu barang lainnya. Padahal belum tentu barang itu kamu butuhkan.

Itulah contoh tindakan yang tak sesuai prinsip ekonomi. Karena pengeluarannya tak mempertimbangkan apakah barang tersebut penting dan bermanfaat atau cuma sekadar kepincut aja.

Kalau kamu masih kayak gitu, kamu perlu belajar mengontrol diri dan berpikir secara ekonomis. Apalagi kalau kamu sekarang pegang uang sendiri — entah itu uang jajan, uang saku, atau gaji.

Ciri-Ciri Orang yang Punya Prinsip Ekonomi

Dan diantara banyaknya orang, yang memiliki prinsip ekonomi bisa terlihat dari ciri-ciri sebagai berikut..

  1. Mengutamakan Kebutuhan yang Lebih Penting
    Orang yang berprinsip ekonomi lebih milih buat membeli barang yang memang dibutuhkan. Misal lebih milih beli buku pelajaran daripada casing HP yang lucu, padahal yang lama masih oke.
  2. Bersikap Hemat dan Nggak Boros
    Bukan berarti pelit ya, tapi lebih ke bijak dalam menggunakan uang. Belanja sesuai rencana, bukan sesuai mood.
  3. Melakukan Pertimbangan yang Matang
    Setiap keputusan yang diambil gak asal-asalan. Ada proses mikir “Perlu nggak, ya? Untungnya apa? Ruginya gimana?”.
  4. Menghitung Keuntungan dan Kerugian
    Segala bentuk tindakan dipikirkan secara seimbang. Kalau kerugiannya lebih besar daripada keuntungannya, ya mending gak usah dilakukan.

Motif Non-Ekonomi vs Prinsip Ekonomi

Kalau kita bandingin secara langsung, motif non-ekonomi sering kali berlawanan dengan prinsip ekonomi. Satunya dorongan emosional, satunya lagi logika efisiensi. Yang satu ngikutin nafsu, yang satu mikirin manfaatnya.

Maka dari itu, penting bagi kita sadar jangan sampai tindakan ekonomi yang kita lakukan, apalagi yang berkaitan sama keuangan, justru terjebak sama motif-motif non-ekonomi yang ujung-ujungnya bikin kita rugi sendiri.

Kalau kamu pengen jadi pribadi yang bijak dalam mengambil keputusan ekonomi, mulai biasakan berpikir panjang sebelum bertindak. Bukan berarti gak boleh seneng-seneng atau beli barang impian, tapi pastikan kamu beli itu karena memang butuh dan mampu, bukan cuma buat gaya-gayaan doang.

Penutup

Oke sampai disini admin telah menjelaskan tentang materi tindakan ekonomi, yang materi ini biasanya di singgung di pelajaran Ekonomi kelas 10. Penting gak penting bagi kamu, tapi ilmu ini nyatanya bisa kamu terapkan di kehidupan nyata.

Dan tentu, dengan penerapannya yang baik, kamu juga bisa lebih mengatur arah pengeluaran kamu juga.