Kamu tau kan berbagai jenis karya sastra lama, seperti pantun, gurindam, atau mungkin peribahasa. Serta ada satu lagi bentuk karya sastra klasik yang tak kalah bagus dan penuh maknanya, yaitu syair.
Bagi sebagian orang, syair mungkin terdengar kuno, tapi kalau kamu mau menyelaminya lebih dalam, karya ini sebenarnya kaya banget nilai-nilai moral, estetika, dan bahkan filosofi hidup.
Syair bukanlah sekadar rangkaian kata indah, tapi juga media penyampaian pesan dan nasihat yang dikemas dengan halus. Lewat syair, para penyair zaman dulu bisa menumpahkan isi hati, gagasan, bahkan ajaran agama dengan cara yang lembut dan penuh keindahan.
Jadi, meskipun bentuknya sederhana, maknanya bisa sangat dalam lho.
Nah, di pelajaran Bahasa Indonesia kelas 7, kamu musti ketemu dengan materi syair ini. Dan jika kamu mencari materi pembahasan yang berkaitan dengan syair, kebetulan dikesempatan kali ini admin sedang membahasnya.
Mulai dari pengertiannya, ciri-cirinya, sampai hal-hal menarik yang membuat syair tetap relevan dipelajari sampai sekarang.
Pengertian Syair

Kalau admin jelaskan secara singkat, syair adalah salah satu bentuk puisi lama yang berasal dari tradisi sastra Persia (sekarang wilayah Iran). Bentuk sastra ini mulai dikenal di Nusantara bersamaan dengan masuknya agama Islam lewat para pedagang dan ulama disekitar abad ke-13 sampai abad ke-16.
Kurang lebih, syair datang bersama arus budaya baru yang dibawa oleh Islam dan kemudian berkembang di wilayah Melayu.
Awalnya, gaya syair masih sangat dipengaruhi oleh puisi-puisi Arab klasik yang bernuansa religius dan heroik. Tapi setelah diadaptasi oleh masyarakat Melayu, syair berubah menjadi karya yang lebih membumi.
Temanya pun jadi semakin beragam — mulai dari kisah cinta, nasihat moral, ajaran agama, sampai cerita sejarah dan perjuangan. Syair pun tak hanya sebatas hiburan atau karya seni, karena sering kali juga digunakan untuk berdakwah, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam masyarakat.
Ciri-Ciri Syair
Syair tentu memiliki ciri yang terlihat dari struktur, bahasa, dan gaya penulisan yang membedakannya dari jenis puisi lama lain (pantun atau gurindam). Berikut ciri-ciri dari syair..
1. Struktur Bait dan Rima
Syair selalu tersusun atas empat baris dalam satu bait, dan di tiap baris biasanya berisi 8 sampai 12 suku kata. Rima akhirnya selalu sama di setiap baris (a-a-a-a), pola rima yang seragam membuat irama yang muncul dari kesamaan bunyi menjadi berkesan musikal.
Bedanya dengan pantun, syair gak ada bagian sampiran dan isi — semua barisnya mengandung makna yang saling terhubung.
Jadi kalau kamu membaca satu bait syair, kamu gak bisa berhenti di tengah karena setiap barisnya berperan dalam menyusun makna utuh dari keseluruhan bait.
2. Keterpaduan Makna
Semua baris dalam satu bait saling berkaitan erat, jadi tak ada baris yang berdiri sendiri.
Semisal pantun, biasanya dua baris pertama itu hanyalah sampiran, sementara dua baris terakhir baru isinya. Tapi pada syair, keempat barisnya langsung membentuk satu kesatuan makna.
Karena itulah dalam membaca syair harus utuh, gak bisa setengah-setengah. Karena di setiap baitnya terdapat pesan yang melengkapi bait lainnya.
3. Isi dan Pesan
Di dalam syair banyak mengandung pesan moral, ajaran agama, nasihat kehidupan, atau bahkan kisah cinta dan sejarah. Tapi cara penyampaiannya gak pernah to the point, melainkan lewat bahasa kiasan yang lembut dan sarat akan makna.
Bahasa kiasan sendiri adalah cara menyampaikan pesan lewat perumpamaan atau pengibaratan. Artinya, yang disampaikan bukanlah makna sesungguhnya, tapi makna simbolis di balik kata-kata tsb.
Sbg contoh, “perahu yang berlayar di lautan luas” bisa jadi bukan cerita tentang kapal, tapi kiasan untuk perjalanan hidup manusia di dunia. Lewat simbol seperti itu, penyair ingin menyampaikan pesan mendalam tanpa harus menggurui.
Tujuan digunakannya bahasa kiasan adalah agar pembaca bisa merasakan keindahan sekaligus kedalaman makna dari syair tersebut.
4. Keterkaitan Antar Bait
Syair tak hanya berdiri dari satu bait, melainkan terdiri dari rangkaian bait yang saling berhubungan. Setiap bait melanjutkan isi bait sebelumnya, layaknya bab dalam sebuah cerita.
Dan dari awal sampai akhir, pembaca bisa mengikuti alur yang mengalir dengan lembut dan teratur.
Ciri tsb membuat syair sering kali dijadikan sarana bercerita panjang, terutama dalam kisah-kisah klasik. Beberapa contohnya seperti Syair Bidasari, Syair Ken Tambuhan, dan Syair Perahu.
Melalui alur yang runtut dan puitis, syair berhasil menyatukan keindahan bunyi, struktur, dan makna menjadi satu karya sastra yang abadi.
Jenis-Jenis Syair dan Contohnya
Berdasarkan jenisnya, ada beberapa macam syair yang dibedakan berdasarkan isi dan tujuan penulisannya. Berikut penjelasannya masing-masing..
a. Syair Panji
Jenis syair yang biasanya bercerita tentang kehidupan di dalam lingkungan istana. Ceritanya bisa berkisar pada para bangsawan, pangeran, raja, atau orang-orang yang terlibat didalam kehidupan kerajaan.
Gaya ceritanya cenderung halus, elegan, dan penuh nuansa kebangsawanan.
Syair panji sering kali menggambarkan intrik politik, kisah cinta, atau perjalanan seorang tokoh kerajaan yang mencari jati diri dan kehormatan. Salah satu contoh terkenal dari syair ini adalah Syair Ken Tambuhan, yang menceritakan kehidupan dan perjalanan tokoh dari kalangan istana Jawa.
Syair Ken Tambuhan

b. Syair Romantis
Syair romantis jelas lah ya berisi kisah percintaan yang mengharukan. Kebanyakan syairnya muncul dalam bentuk cerita pelipur lara atau hikayat cinta yang penuh liku-liku—kadang bahagia, kadang juga sedih.
Tak melulu persoalan asmara antara dua insan, karena juga mengandung pesan moral tentang kesetiaan, pengorbanan, dan ketulusan. Contohnya adalah Syair Bidasari, yang menceritakan kisah seorang putri raja yang dibuang oleh ibunya sendiri dan harus menghadapi berbagai cobaan hidup sebelum akhirnya bahagia.
Syair Bidasari

c. Syair Kiasan
Syair kiasan menyampaikan pesan secara tidak langsung, alias lewat perumpamaan. Tokoh-tokoh didalam syair kiasan biasanya bukan manusia, namun berupa ikan, burung, bunga, atau buah-buahan.
Syair ini sebenarnya memuat sindiran atau kritik sosial terhadap suatu peristiwa atau perilaku manusia. Jadi ya meskipun cerita burung, sebenarnya penyair sedang menyampaikan suatu makna didalamnya.
Contohnya adalah Syair Burung Pungguk, yang menggunakan simbol-simbol alam untuk menggambarkan perasaan dan situasi tertentu.
Syair Burung Pungguk

d. Syair Sejarah
Lalu syair sejarah, yang mengangkat kisah-kisah dari peristiwa nyata di masa lampau, terutama yang berkaitan dengan peperangan, perjuangan, atau kejadian penting yang bersejarah. Meski bahasanya puitis, namun isinya lebih bersifat dokumenter (versi sastra dari catatan sejarah).
Contohnya Syair Perang Mengkassar (dulu disebut Syair Sipelman), yang menceritakan perang antara rakyat Makassar dengan pasukan Belanda. Lewat syair ini, penyair tak hanya mengisahkan peristiwa perang, tapi juga menyampaikan semangat juang dan keberanian bangsa di masa penjajahan.
e. Syair Agama
Yang terakhir syair agama, yang umumnya berisi ajaran moral, nilai spiritual, dan nasihat keagamaan yang ditujukan untuk mengingatkan manusia tentang hubungan dengan Tuhan dan sesama.
Syair agama terbagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu..
- Syair Sufi, yang menggambarkan pengalaman spiritual dan perjalanan batin menuju Tuhan.
- Syair tentang ajaran Islam, berisi penjelasan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.
- Syair Riwayat Nabi, yang bercerita tentang kisah hidup para nabi dan perjuangan mereka.
- Syair Nasihat, yang penuh petuah bijak agar manusia selalu berbuat baik dan rendah hati.
Tokoh terkenal dalam penulisan syair agama adalah Hamzah Fansuri, seorang penyair sufi besar asal Aceh. Salah satu karya legendarisnya adalah Syair Perahu, yang mengibaratkan tubuh manusia seperti perahu yang berlayar menuju Tuhan.
Unsur-Unsur Syair
Sebuah syair tentu ada unsur pembentuknya seperti karya sastra lainnya, dimana ada unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Berikut unsur-unsur pembentuk dari sebuah syair..
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah elemen yang terdapat di dalam syair itu sendiri, atau bisa dibilang bagian yang bisa langsung terlihat dan rasakan ketika membaca.
- Tema
Tema adalah gagasan utama atau pokok pikiran yang menjadi dasar dari seluruh isi syair. Tema bisa bermacam-macam, misal keagamaan, percintaan, sosial, atau kepahlawanan.
Contohnya, Syair Perahu karya Hamzah Fansuri yang bertema nasihat keagamaan dan refleksi diri manusia terhadap kehidupan dunia. - Amanat (Pesan)
Lalu bagian yang berisi pesan moral yang ingin disampaikan penyair kepada pembacanya. Kadang berupa nasihat, namun bisa juga teguran halus kepada manusia.
Amanat biasanya diselipkan atau disampaikan lewat bahasa kiasan yang indah. - Bahasa dan Gaya Bahasa
Ciri khas syair ada pada bahasanya, yaitu Bahasa Melayu Klasik yang penuh peribahasa, kiasan, serta metafora. Misal dalam Syair Perahu, kata “perahu” digunakan sebagai metafora untuk tubuh manusia, yang sedang berlayar menempuh kehidupan menuju akhirat. - Irama dan Rima
Setiap bait syair memiliki rima akhir yang sama (a-a-a-a), jadi saat dibacakan terdengar teratur dan harmonis. Ritme pun bisa membantu pembaca meresapi suasana syair secara mendalam. - Bait dan Baris
Setiap syair terdiri dari empat baris per bait, dan ditiap barisnya ada sekitar 8 sampai 12 suku kata. Dan disemua baris syair memiliki isi, tak ada yang sekedar menjadi sampiran seperti di pantun. - Tokoh dan Latar
Untuk syair yang berbentuk cerita, biasanya ada tokoh-tokoh dan latar tempat atau waktu yang membantu membangun suasana. Didalam Syair Bidasari misalnya, ada tokoh putri, raja, dan permaisuri yang hidup di istana.
b. Unsur Ekstrinsik
Selanjutnya adalah unsur ekstrinsik, yang berasal dari faktor luar yang memengaruhi proses penciptaan syairnya.
- Latar Belakang Sosial dan Budaya
Syair sering kali menggambarkan kehidupan sosial dan nilai budaya masyarakat Melayu di masa itu. Nilai-nilai seperti kesopanan, keagamaan, dan adat istiadat sangat terasa ditiap baitnya. - Latar Belakang Keagamaan
Karena banyak penyair berasal dari kalangan ulama atau tokoh spiritual, maka tak heran kalau syair sering kali sarat akan pesan moral dan nilai Islam. - Latar Belakang Pengarang
Pandangan hidup, pengalaman, dan pendidikan seorang penyair juga sangat memengaruhi gaya penulisan dan isi syairnya. Contohnya Hamzah Fansuri yang merupakan ulama sufi, banyak menulis syair bernuansa mistik dan spiritual karena latar belakangnya sendiri.
Penutup
Sampai disini yang bisa admin simpulkan adalah bahwa syair bukanlah sekadar bentuk puisi lama, melainkan sebuah karya yang menyimpan nilai budaya, moral, dan spiritual yang dalam. Bagaimana para penyair mampu menyampaikan pesan kehidupan dengan cara yang indah dan halus di tiap baitnya.
Dan bagi siapapun yang tertarik untuk belajar sastra, mengenal syair bisa jadi langkah awal untuk memahami keindahan bahasa dan kekuatan makna didalam karya sastra.