Sejarah Ilmu Ekonomi dan Konsep Dasarnya

Kalau kita ngomongin soal ekonomi, pasti pikiran kita langsung kebayang duit, harga barang, gaji, atau bahkan investasi. Padahal, ekonomi itu jauh lebih luas dari sekadar urusan dompet, guys. Ilmu ini sebenarnya membahas tentang bagaimana manusia—mulai dari level individu, keluarga, sampai negara—mengambil keputusan untuk mengelola sumber daya yang terbatas demi memenuhi kebutuhan yang nggak ada habisnya.

Menariknya, ilmu ekonomi itu bukan cuma teori kaku di buku pelajaran. Ia lahir dari kenyataan sehari-hari, dari interaksi manusia di pasar tradisional sampai negosiasi besar antarnegara. Sejarahnya panjang banget, dan tiap era punya “bumbu” pemikirannya sendiri. Ada masa di mana pasar bebas dianggap paling jitu, ada juga era di mana peran pemerintah dianggap wajib buat jaga stabilitas ekonomi. Nah, di perjalanan panjang itu, muncul tokoh-tokoh besar yang pemikirannya jadi fondasi buat ekonomi modern.

Di Indonesia sendiri, perkembangan ilmu ekonomi punya cerita unik. Nggak bisa dilepasin dari perjuangan kemerdekaan, semangat gotong royong, sampai kebijakan-kebijakan besar yang membentuk wajah ekonomi kita sekarang. Dari koperasi zaman Bung Hatta sampai ekonomi digital di era modern, semuanya punya peran penting dalam perjalanan ini.

Sejarah Ilmu Ekonomi

Adam Smith

Sejarah ilmu ekonomi dimulai dari abad ke-18, saat Adam Smith menerbitkan karya fenomenal “The Wealth of Nations”. Dimana Smith percaya bahwa pasar bebas, dengan mekanisme penawaran dan permintaan, bisa mengatur perekonomian secara alami tanpa terlalu banyak campur tangan pemerintah.

Pemikiran ini kemudian menjadi pondasi bagi para ekonom klasik seperti Thomas Malthus, David Ricardo, dan John Stuart Mill. Para pakar ini kemudian membahas pertumbuhan penduduk, distribusi kekayaan, sampai perdagangan internasional.

Carl Menger

Masuk abad ke-19, muncul Mazhab Austria yang dipelopori Carl Menger. Tokoh-tokoh seperti Leon Walras dan Alfred Marshall memperluas pemikiran ini ke arah ekonomi mikro, yang fokus pada perilaku individu dan perusahaan dalam membuat keputusan.

Inilah awal mula analisis harga, permintaan, penawaran, dan keseimbangan pasar seperti yang dikenal sekarang.

Namun, di era 1930-an, dunia dihantam krisis besar yang dikenal dengan nama Great Depression. Ekonomi dunia terpuruk, pengangguran meroket, dan teori klasik dianggap gagal menjawab berbagai masalah.

John Maynard Keynes

Dari sini lahirlah tokoh John Maynard Keynes dengan bukunya “The General Theory of Employment, Interest and Money” (1936). Menurut Keynes, pemerintah tak bisa hanya menjadi penonton, tapi juga harus aktif mengatur perekonomian melalui kebijakan fiskal dan moneter.

Pemikiran inilah yang menjadi cikal bakal ekonomi modern yang banyak dipakai sampai sekarang.

Sejarah Ilmu Ekonomi di Indonesia

Haji Samanhudi, Tokoh pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI)

Sebelum merdeka, kesadaran ekonomi telah muncul lewat gerakan seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan Haji Samanhudi di awal abad ke-20. Yang awalnya berfokus pada perdagangan, SDI tumbuh menjadi gerakan nasionalisme yang menantang dominasi pedagang asing, khususnya dari Tionghoa dan Belanda.

Mohammad Hatta

Tokoh ekonom lain di Indonesia yang tak kalah penting adalah Mohammad Hatta. Sebagai Bapak Koperasi Indonesia, Hatta percaya bahwa sistem ekonomi Indonesia harus berlandaskan asas kekeluargaan.

Pak Hatta terinspirasi dari model koperasi di Eropa, tapi disesuaikan dengan kultur gotong royong masyarakat Indonesia. Menurut Hatta, koperasi adalah cara paling efektif untuk melindungi ekonomi rakyat kecil dari sistem kapitalis yang cenderung memihak pemodal besar.

Setelah Indonesia merdeka, arah kebijakan ekonomi berubah-ubah menyesuaikan zaman..

  • Era Orde Lama: ekonomi terpimpin, di mana negara memegang peranan besar
  • Era Orde Baru: fokus pada pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan yang terpusat
  • Era Reformasi: mulai terbuka ke pasar bebas dan mengarah ke demokratisasi ekonomi

Sekarang, ekonomi Indonesia bergerak ke arah ekonomi digital dan berbasis data, tapi tetap membawa semangat pemerataan dan keberlanjutan. Konsep seperti green economy dan inklusi keuangan mulai menjadi fokus utama.

3 Konsep Dasar Ilmu Ekonomi

Ada tiga konsep yang perlu kamu tau untuk memahami ekonomi, yaitu scarcity, choice, dan opportunity cost. Berikut penjelasannya satu-persatu..

1. Kelangkaan (Scarcity)

Misal kamu di posisi ingin membeli beberapa barang, tapi keuanganmu cuman cukup untuk membeli satu barang aja. Inilah yang dimaksud dengan kelangkaan, dimana sumber daya kita terbatas, sementara kebutuhan (dan keinginan) manusia tak ada ujungnya.

Kelangkaan bukanlah soal uang saja, tapi juga waktu, tenaga, bahkan sumber daya alam seperti air bersih atau energi. Karena kelangkaan, manusia dipaksa untuk memilih mana yang lebih penting.

2. Pilihan (Choice)

Kelangkaan otomatis memaksa kita untuk membuat pilihan, pilihan bukanlah sekadar milih A atau B, dimana keputusannya berdampak untuk jangka panjang. Di dalam ekonomi, pilihan bisa terjadi di semua level, termasuk individu, perusahaan, sampai negara.

Misal sebuah perusahaan dengan dana yang terbatas harus memutuskan, apakah uangnya dipakai untuk riset produk baru, atau untuk memperluas pabrik yang sudah ada. Pilihan yang akan diambil tentu akan menentukan arah bisnis di masa depan.

3. Biaya Peluang (Opportunity Cost)

Jika kamu gak tau akan konsep ini, kamu bisa tak sadar kalau sudah merugi. Biaya peluang adalah nilai dari alternatif terbaik yang dikorbankan ketika kita memilih sesuatu.

Misal kamu punya waktu 2 jam sore ini, kalau kamu milih main game, biaya peluangnya adalah waktu belajar yang tersita. Atau kalau kamu milih kuliah, biaya peluangnya adalah gaji yang bisa kamu terima kalau langsung kerja.

Dengan konsep ini, kamu bisa menghitung efisiensi keputusan. Karena dalam ekonomi, setiap pilihan pasti ada harga yang harus dibayar—meskipun harganya tak selalu dalam bentuk uang.

Perbedaan Kebutuhan dan Keinginan

Kebanyakan orang akan terjebak dalam masalah finansial karena tak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Dari kedua kata tersebut saja, apakah kamu bisa memahami artinya?

Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang wajib terpenuhi agar bisa hidup layak dan sehat. Bersifat fundamental, kalau tak terpenuhi, bisa mengganggu kesehatan, keselamatan, bahkan kelangsungan hidup.

Contohnya ya kebutuhan makan, minum, tempat tinggal, pakaian, pendidikan dasar, dan layanan kesehatan.

Kebutuhan biasanya stabil dan tak terlalu dipengaruhi oleh tren. Sudah pasti kita butuh makan tiap hari, tapi gak harus selalu makanan yang mahal atau kekinian.

Keinginan

Keinginan sifatnya lebih ke bonus atau tambahan. Keinginan mungkin bisa membuat hidup lebih nyaman atau menyenangkan, tapi kalau tak terpenuhi, kamu masih bisa hidup kok.

Misal keinginan kamu untuk membeli HP keluaran terbaru, baju-baju branded, atau pengen motor baru.

Keinginan sifatnya fleksibel, sering berubah sesuai tren dan gaya hidup. Bahkan, teknologi dan iklan memang bertujuan untuk membuat kita merasa butuh, padahal sebenarnya cuman ingin.

Lantas, bagaimana cara membedakan antara kebutuhan dan keinginan dan mengelolanya?

Cara gampangnya, kalau sesuatu tidak terpenuhi dan hidupmu tetap berjalan sebagaimana mestinya, kemungkinan besar itu hanyalah keinginanmu. Sebaliknya, kalau tanpa sesuatu itu kamu kesulitan untuk bertahan hidup, berarti itu memanglah kebutuhan.

Dalam mengatur keuangan, kebutuhan haruslah jadi prioritas utama, sementara keinginan bisa kamu penuhi kalau ada sisa sumber dayanya.

Konsep Dasar Ilmu Ekonomi Makro

Kalau ketiga konsep diatas fokus pada keputusan individu atau kelompok kecil, ekonomi makro menyangkut ke hal yang lebih besar, perekonomian secara keseluruhan. Di dalam konsep ini akan membahas data, tren, dan kebijakan yang memengaruhi satu negara bahkan dunia.

Berikut beberapa konsep di dalam ekonomi makro..

1. Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah total nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu. Menjadi indikator guna mengukur kesehatan ekonomi sebuah negara.

Komponen pentingnya meliputi..

  • Produk Domestik Bruto (PDB/GDP): nilai semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri
  • Produk Nasional Bruto (PNB/GNP): mirip GDP tapi mencakup produksi warga negara di luar negeri
  • Pendapatan per kapita: pendapatan rata-rata per orang, yang sering digunakan untuk mengukur standar hidup

2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi terjadi ketika ada peningkatan produksi barang dan jasa dari waktu ke waktu. Kalau GDP-nya naik, berarti ekonomi sedang berkembang.

Tapi pertumbuhannya pun harus berkualitas, dimana tak hanya naik angkanya, tapi juga berdampak ke kesejahteraan rakyat.

3. Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Inflasi kecil adalah hal yang normal, tapi kalau terlalu tinggi, daya beli masyarakat tentu bisa menurun.

Pemerintah biasanya mengatur inflasi melalui kebijakan moneter, misalnya mengubah suku bunga.

4. Pengangguran

Pengangguran terjadi ketika sebagian orang yang siap bekerja malah tak memiliki pekerjaan. Tingkat pengangguran yang tinggi bisa jadi tanda adanya masalah serius di perekonomian, seperti lemahnya sektor industri atau kurangnya investasi.

5. Kebijakan Ekonomi

Untuk menjaga stabilitas, pemerintah biasanya memakai dua strategi..

  • Kebijakan moneter: diatur bank sentral, biasanya mengendalikan jumlah uang beredar dan suku bunga
  • Kebijakan fiskal: diatur pemerintah, meliputi pengeluaran dan pajak, dengan tujuan untuk memengaruhi permintaan barang dan jasa

Ekonomi makro layaknya laporan kesehatan sebuah negara. Kalau indikatornya bagus, berarti negara memiliki fondasi kuat untuk berkembang.

Tapi kalau banyak indikatornya yang merah, berarti diperlukan tindakan cepat agar tak terjebak krisis ekonomi.

Penutup

Sejarah ilmu ekonomi adalah cerita panjang dalam upaya pencarian cara terbaik untuk mengatur sumber daya.

Bagi Indonesia sendiri, sejarah ekonomi bukanlah sekedar angka pertumbuhan maupun inflasi, melainkan sebuah perjuangan membangun kemandirian ekonomi di tengah tekanan global. Dari koperasi di zaman Bung Hatta sampai era e-commerce dan fintech seperti sekarang, itulah bukti bahwa ekonomi kita selalu beradaptasi dengan zaman.