Materi penulisan dalam Bahasa Inggris ada banyak jenis teksnya, diantaranya narrative, descriptive, report, sampai argumentative text. Kebetulan kali ini admin akan membahas yang terakhir, yaitu argumentative text.
Argumentative text bukanlah sekadar tulisan yang berisi pendapat saja, tapi lebih ke bagaimana cara kamu mengajak orang lain buat setuju sama pemikiranmu. Jadi di sini kamu belajar untuk berpikir kritis, nyusun alasan yang masuk akal, dan ngasih bukti supaya pandanganmu nggak cuma sekadar opini kosong.
Bayangkan, kamu sedang berdiskusi tentang suatu topik, misalnya “Apakah media sosial lebih banyak manfaatnya atau malah bikin stres?”. Kalau kamu bisa menyusun argumen yang kuat, logis, dan sopan, berarti kamu telah menerapkan prinsip argumentative text itu sendiri.
Jadi, ini bukan cuma soal writing skill, tapi juga latihan buat mikir secara dewasa dan terbuka terhadap pandangan orang lain.
Maka dari itu dikesempatan kali ini admin akan mengulas pengertian, tujuan, serta manfaat argumentative text, agar kamu tak hanya tahu definisinya, tapi juga ngerti esensi dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Argumentative Text (Teks Argumen)

Sederhananya, argumentative text adalah teks yang berisi pendapat atau pandangan penulis tentang suatu isu, lengkap dengan alasan, bukti, dan penjelasan logis untuk mendukung pendapat tersebut. Tujuannya tentu untuk meyakinkan pembaca agar mereka sepakat dengan sudut pandang si penulis.
Karena itu, dalam penulisannya tak bisa menggunakan argumen “katanya” atau “menurutku…”. Semua pernyataan yang dibuat harus memiliki dasar yang jelas, bisa dari data, penelitian, fakta, ataupun contoh konkret yang bisa diterima akal sehat.
Dalam konteks pelajaran Bahasa Inggris, argumentative text didefinisikan sebagai bentuk tulisan yang membahas dua sudut pandang terhadap suatu isu, tapi biasanya penulis akan lebih condong ke satu sisi yang dianggap paling benar. Misal topik tentang “haruskah sekolah menerapkan pembelajaran online secara permanen?”, maka kamu perlu menuliskan pandangan pro dan kontranya.
Meski pada akhirnya kamu akan condong ke satu pandangan, misalnya mendukung pembelajaran online, lalu menjelaskan kenapa pendapat itu paling masuk akal. Argumentative text pun juga mengajarkan untuk mengakui adanya pandangan yang berbeda, lalu menunjukkan dengan cara yang logis kenapa pendapatmu lebih kuat.
Jadi lewat argumentative text, kamu bisa melatih diri agar bisa berpendapat dengan sopan tapi tegas, logis tapi tak kaku, dan rasional tanpa mengabaikan empati.
Tujuan Argumentative Text
Tujuan dari penulisan argumentative text tentu ada banyak, diantaranya sebagai berikut..
1. Menyampaikan Pendapat Secara Logis
Tujuan utamanya tentu untuk menyampaikan opini atau pandangan pribadi terhadap suatu isu. Dan disetiap pendapatmu harus memiliki alasan dan bukti.
Sebagai contoh argumen tentang “media sosial bisa membuat stres”, kamu perlu menjelaskan alasannya, misal karena munculnya cyberbullying atau tekanan sosial dari konten orang lain.
2. Meyakinkan Pembaca
Tujuan penulisanmu tentu untuk meyakinkan pembaca agar percaya dengan sudut pandangmu. Jadi, kamu perlu menyusun kalimat serta logika yang kuat, pun juga enak dibaca.
Tak harus kaku layaknya makalah ilmiah, tapi tetap punya struktur argumen yang solid.
3. Melatih Cara Berpikir Kritis
Ketika terbiasa menulis teks argumen, kamu pun jadi bisa menilai argumen mana yang kuat dan mana yang lemah. Kamu pun juga jadi gak gampang mempercayai satu sisi tanpa mempertimbangkan sisi lainnya.
Tentu hal ini penting, tak hanya ketika kamu mempelajarinya di sekolah, tapi juga berlaku untuk kehidupan sehari-hari—agar tak gampang termakan opini tanpa bukti.
4. Menyeimbangkan Pandangan
Meskipun kamu punya pendapatmu sendiri, kamu tetap perlu mengenali dan menghargai pandangan lawan. Dengan begitu, tulisanmu akan terasa lebih adil dan bisa dipercayai.
Lagipula, orang cenderung lebih mau mendengar pendapat yang terbuka daripada yang kekeuh disatu arah.
5. Mengajak Pembaca untuk Berpikir Lebih Dalam
Teks argumentatif yang bagus bukanlah yang sekedar membuat orang lain setuju, tapi juga membuat pembacanya merenung ulang. Siapa tahu setelah baca tulisanmu, mereka pun bisa melihat topik tsb dari sudut pandang baru.
6. Mengasah Kemampuan Berbahasa dan Berpikir Rasional
Menulis argumentative text tentu bisa melatih kemampuan berbahasa Inggris formal sekaligus mengasah logika berpikir. Karena di sini kamu perlu memahami bagaimana caranya menyusun kalimat yang efektif, memilih diksi yang tepat, serta menyampaikan ide dengan gaya yang meyakinkan.
Struktur Argumentative Text
Kalau ingin tulisan argumentative text-mu bagus dan mudah dipahami pembaca, yang perlu kamu pelajari adalah strukturnya. Karena tanpa struktur yang jelas, tulisanmu bisa jadi acak-acakan dan tak terarah, pembaca pun bisa jadi bingung memahami apa yang sebenarnya mau kamu sampaikan.
Agar lebih gampang, struktur teks argumentatif biasanya terdiri dari empat bagian utama, yaitu introduction, arguments for, arguments against, dan conclusion. Berikut penjelasannya masing-masing..
1. Introduction (Pendahuluan)
Di bagian ini, kamu memperkenalkan topik yang mau dibahas dan ngasih sedikit latar belakang tentang isu tersebut. Tujuannya agar pembaca bisa memahami konteks dari argumen yang sedang kamu bahas di bagian selanjutnya.
Introduction bisa dimulai dengan kalimat pembuka yang menarik, berupa fakta mengejutkan, pertanyaan retoris, atau pernyataan umum yang relevan dengan topik. Setelahnya, kamu mulai mempersempit pembahasan sampai akhirnya masuk ke kalimat yang disebut thesis statement — yaitu inti dari pendapat atau posisi kamu terhadap isu itu.
Contohnya..
Social media has become a major part of our lives. However, I believe that its negative impacts on mental health outweigh the benefits.
Kalimat di atas menunjukkan dengan jelas posisi si penulis yang mempercayai kalau dampak negatif media sosial lebih besar daripada manfaatnya. Thesis statement ini yang nantinya bakal kamu kembangkan menjadi beberapa argumen di bagian berikutnya.
2. Arguments For (Argumen yang Mendukung)
Pada bagian ini, kamu mulai menyusun alasan dan bukti pendukung yang memperkuat pendapatmu. Setiap paragraf di bagian ini idealnya berisi satu argumen utama, yang kemudian kamu lengkapi dengan contoh, data, atau fakta yang relevan.
Seperti pada contoh pengaruh media sosial terhadap remaja, kamu bisa membuat paragraf pertama tentang “bagaimana media sosial bisa menurunkan kepercayaan diri”. Lalu paragraf berikutnya tentang “dampaknya terhadap produktivitas belajar”.
Yang perlu diingat, setiap argumen yang ditulis harus bisa menjawab satu pertanyaan penting, “Kenapa pembaca harus setuju dengan pendapatku?”.
Kalau alasanmu bisa menjawab pertanyaan tsb secara logis plus didukung dengan adanya bukti, yang kamu kerjakan berarti sudah benar. Kamu pun bisa menggunakan kalimat penghubung seperti Firstly, Moreover, In addition, atau Furthermore.
3. Arguments Against (Argumen yang Menentang atau Kontra)
Pada bagian ini kamu perlu menunjukkan pandangan dari sisi yang berlawanan dengan pendapatmu sendiri. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kalau kamu mengerti bahwa setiap isu selalu memiliki dua sisi, dan kamu bisa menanggapi pandangan yang berbeda dengan cara yang cerdas dan logis.
Misalnya..
Some people argue that social media helps people stay connected. However, it often leads to social isolation in real life.
Jadi, kamu mengakui bahwa ada orang yang berpandangan berbeda, tapi langsung menegaskan kenapa argumenmu tetap lebih kuat. Dengan cara ini, pembaca pun akan tahu bahwa kamu menulis secara objektif.
4. Conclusion (Kesimpulan atau Penegasan Ulang)
Bagian penutup yang berfungsi utk menegaskan kembali posisi dan pendapat kamu. Dibagian ini kamu bisa meringkas poin-poin penting dari seluruh argumen yang telah kamu bahas tanpa menambahkan ide baru.
Kamu pun juga bisa menambahkan sedikit refleksi atau ajakan agar pembaca berpikir lebih dalam, misalnya..
In conclusion, while social media has some advantages, its negative effects on mental health are undeniable. Therefore, people should use it wisely and in moderation.
Kesimpulan yang baik akan mampu membuat pembaca utk berfikiran “oh iya, masuk akal juga ya”, yang berarti argumenmu masuk dan dapat diterima oleh para pembaca.
Kaidah Kebahasaan dalam Argumentative Text
Selain struktur, kamu pun perlu memahami kaidah kebahasaan (language features) yang digunakan teks argumen. Karena meskipun ide kamu bagus, kalau cara penyampaiannya tak sesuai kaidah, pembaca pun tak bisa menangkap apa yang kamu sampaikan.
1. Menggunakan Simple Present Tense
Karena argumentative text membahas isu dan opini yang berlaku umum atau masih relevan sampai sekarang, tense yang paling sering dipakai adalah simple present tense.
Contohnya..
Social media causes anxiety among teenagers.
Kalimat tsb menyatakan fakta atau pandangan umum yang masih berlaku, jadi menggunakan present tense.
2. Menggunakan Modal Verbs
Dalam teks argumentatif, kamu bakalan sering menggunakan kata kerja bantu seperti should, must, might, could, dan can. Kata-kata tsb berfungsi untuk menunjukkan tingkat keyakinan, saran, atau kewajiban.
Contoh..
Governments should regulate online content more strictly.
3. Menggunakan Connective Words (Kata Penghubung)
Agar tulisanmu tak lompat-lompat dan tetap enak dibaca, kamu perlu menggunakan kata penghubung (connectives). Beberapa kata yang sering digunakan diantaranya..
- Untuk menambah argumen:
Firstly, Secondly, Moreover, Furthermore, In addition - Untuk menentang atau membandingkan
However, On the other hand, Although, In contrast - Untuk menyimpulkan:
Therefore, Thus, In conclusion, To sum up
Contohnya..
Social media can be useful for communication. However, it also increases the risk of cyberbullying.
4. Menggunakan Opinion Verbs (Kata Kerja Opini)
Karena isinya tentang pendapat, kamu pun juga akan banyak menggunakan kata kerja seperti believe, think, argue, claim, suggest, state, agree, atau disagree.
Contoh..
Many experts argue that social media has more disadvantages than benefits.
5. Menggunakan Kalimat Formal dan Kompleks
Teks argumentatif cenderung menggunakan bahasa formal karena ditulis untuk konteks akademik. Tapi bukan berarti harus kaku, karena yang dimaksud formal di sini adalah runtut, sopan, dan bebas dari bahasa slang (gaul).
Selain itu ada juga kalimat kompleks, kalimat panjang yang terdiri dari beberapa klausa (anak kalimat) agar penulisannya lebih profesional dan matang.
Contohnya..
It is believed that social media contributes to poor self-esteem among young people.
6. Menghindari Bahasa Emosional dan Subjektif Berlebihan
Walaupun kamu menuliskan pendapatmu pribadi, hindari pengguanaan kata-kata yang terlalu emosional. Karena dalam argumentative text, logika dan bukti lebih penting daripada emosi.
Jadi tulislah dengan bahasa yang tegas tapi tenang, misalnya..
Excessive social media use negatively affects mental health.
7. Menggunakan Kalimat Aktif dan Pasif Secara Seimbang
Kamu bisa menggunakan kalimat aktif guna menegaskan opini, serta kalimat pasif untuk membuat tulisan terasa lebih formal.
Contohnya..
- Aktif:
Experts claim that social media can affect concentration. - Pasif:
It is claimed that social media can affect concentration.
Penutup
Lewat materi argumentative text, dan mempraktikannya secara langsung, kita pun akan mampu berpikir kritis, berbicara dengan dasar yang kuat, dan berani berpendapat tanpa menyinggung orang lain.
Di kehidupan nyata, kemampuan berargumen sangat berguna lho.
Misal pas kamu berdiskusi di kampus, menyampaikan pendapat di tempat kerja, atau mungkin saat menghadapi perbedaan opini di media sosial. Tentu semua dibutuhkan logika, empati, serta kemampuan menyusun argumen yang baik.