Hai teman-teman!
Pernah nggak sih kamu denger berita soal ekonomi Indonesia yang katanya “tumbuh” atau “melambat”? Nah, istilah pertumbuhan ekonomi ini tuh sering banget muncul di berita-berita atau pelajaran Ekonomi, apalagi buat kalian yang lagi duduk di kelas 11. Tapi sebenernya, apa sih yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi itu?
Bukan sekadar angka-angka di kertas atau grafik yang bikin pusing kepala, pertumbuhan ekonomi ini adalah gambaran tentang bagaimana kehidupan kita sehari-hari bisa jadi lebih baik. Mulai dari lapangan kerja yang makin banyak, pendapatan yang naik, sampai barang dan jasa yang makin gampang kita temuin.
Di artikel ini, kita bakal bahas bareng-bareng nih, mulai dari pengertian pertumbuhan ekonomi, gimana cara ngitungnya, sampai berbagai teori penting yang jadi landasan pemikiran para ahli ekonomi. Jadi buat kamu yang masih suka bingung, yuk baca pelan-pelan—karena bahasan ini penting banget buat ngerti gimana ekonomi sebuah negara bisa jalan, berkembang, bahkan maju.
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Sebelum ngebahas teori-teori ekonomi yang njlimet, ada baiknya kita mulai dari dasarnya dulu.
Pertumbuhan ekonomi bisa diibaratkan layaknya seseorang yang makin dewasa—semakin lama, dia makin mandiri, produktif, dan punya kemampuan lebih untuk memenuhi kebutuhannya. Begitu pun negara, kalau kegiatan ekonominya meningkat—baik dari segi produksi barang maupun jasa—artinya negara tersebut sedang tumbuh.
Biasanya pertumbuhan ini diukur dari seberapa besar kenaikan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu tertentu. Semakin tinggi hasil produksinya dibanding tahun sebelumnya, makin tinggi pula tingkat pertumbuhannya.
Contohnya kalau tahun lalu Indonesia bisa memproduksi 1.000 triliun rupiah barang dan jasa, lalu tahun ini bisa naik jadi 1.100 triliun, berarti pertumbuhan ekonominya positif. Tapi kalau malah menurun, ya tandanya ekonomi lagi lesu alias melambat.
Simpelnya, pertumbuhan ekonomi adalah tolak ukur penting guna melihat seberapa berkembangnya sebuah negara secara ekonomi.
Cara Menghitung Pertumbuhan Ekonomi
Setidaknya sampai disini, kamu sudah agak paham lah ya apa itu pertumbuhan ekonomi. Tapi gimana coba cara ngitungnya?
Jadi, kita cuma perlu tahu dua hal yaitu PDB tahun ini dan PDB tahun sebelumnya. PDB (Produk Domestik Bruto) adalah jumlah total nilai barang dan jasa yang dihasilkan di suatu negara dalam satu tahun.
Jadi semakin besar PDB-nya, makin tinggi nilai produksinya. Untuk rumus perhitungannya seperti berikut..
keterangan
R : PDBrt- PDBrt-1PDBrt-1 x 100%
R : laju pertumbuhan ekonomi (dalam %)
PDBrt : Produk Domestik Bruto pada tahun tertentu (rt)
PDBrt-1 : Produk Domestik Bruto pada tahun sebelumnya (rt-1)
Sebagai contoh..
Misal tahun lalu PDB Indonesia Rp 15.000 triliun, terus tahun ini naik jadi Rp 16.500 triliun. Berarti pertumbuhan ekonominya adalah..
[(16.500 - 15.000) / 15.000] x 100 = 10%
Artinya, ekonomi Indonesia tumbuh 10%.
Tapi perlu diingat, pertumbuhan tinggi belum tentu merata. Bisa jadi ada daerah atau kelompok masyarakat yang belum merasakan dampaknya secara langsung.
Maka dari itu, selain dari angkanya, kita juga perlu melihat kualitas pertumbuhannya.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menjelaskan pertumbuhan ekonomi, para ahli ekonomi memiliki pandangan yang berbeda-beda. Dan dari perbedaan pandangan itu, lahirlah berbagai teori tentang bagaimana sebenarnya ekonomi suatu negara bisa berkembang.
Dan secara umum, teori-teori ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu klasik, neoklasik, dan historis. Berikut penjelasannya masing-masing..
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Teori klasik bisa dibilang termasuk teori paling awal yang membahas pertumbuhan ekonomi, dengan fokus utamanya pertumbuhan penduduk. Jadi para ekonom klasik percaya bahwa jumlah penduduk berpengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi.
Tapi tak semua dari mereka sepakat juga, berikut pendapat masing-masing para tokoh tersebut..
a. Adam Smith
Adam Smith berpandangan optimis tentang pertumbuhan penduduk. Menurutnya, makin banyak penduduk, pasar jadi makin luas, dimana ini mendorong terjadinya spesialisasi pekerjaan.
Misal ada dua negara Negara X dan Negara Y. Negara X penduduknya sedikit, jadi permintaan barang di pasar juga sedikit, pekerjaan pun terbatas di sektor-sektor dasar.
Beda cerita dengan Negara Y yang penduduknya banyak, kebutuhan hidupnya tentu beragam, otomatis permintaan barang pun juga naik. Para pekerja pun punya kesempatan untuk spesialisasi, misal ada yang fokus jadi tukang roti, memproduksi sabun, jualan sepatu, dst.
b. David Ricardo
Sedangkan menurut David Ricardo, makin banyak penduduk malah bisa membuat masalah. Dikarenakan jumlah tenaga kerja jadi melimpah, upah pun menurun, dan akhirnya ekonomi bisa stagnan.
Contoh nyatanya terlihat dari perbandingan antara Tiongkok dan Australia Utara. Tiongkok punya banyak penduduk, jadi nyari tenaga kerja gampang—otomatis upah bisa ditekan rendah.
Sedangkan di Australia Utara, penduduknya sedikit, tenaga kerja susah dicari, jadi upah cenderung tinggi. Inilah bukti kalo pertumbuhan penduduk tak selalu positif, tergantung situasinya juga.
c. Thomas Robert Malthus
Menurut Malthus, pertumbuhan penduduk yang cepat bisa memicu krisis pangan. Dikarenakan jumlah penduduk tumbuh secara eksponensial (kayak deret ukur: 1, 2, 4, 8…), sementara produksi pangannya tumbuh linear (kayak deret hitung: 1, 2, 3, 4…).
Jadi lama-kelamaan, jumlah mulut yang harus makan jauh lebih banyak dibanding makanan yang tersedia. Yang berujung pada kelangkaan, inflasi, dan krisis.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Selanjutnya adalah teori neoklasik dimana fokusnya tak hanya persoalan jumlah penduduk, tapi lebih luas—seperti investasi, modal, dan kewirausahaan.
a. Harrod-Domar
Menurut Harrod dan Domar (nama dua orang ya), kunci pertumbuhan ekonomi ada di pembentukan modal. Jadi, kalo pengen ekonomi negara maju, ya harus ada investasi yang cukup agar produksi barang dan jasa bisa meningkat terus.
Semakin tinggi investasi, semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi jangka panjang (steady growth).
b. Joseph Schumpeter
Schumpeter berteori tentang kewirausahaan dan inovasi. Menurutnya, kemajuan ekonomi bisa terwujud kalau masyarakat punya banyak pengusaha yang kreatif dan berani ambil risiko.
Para entrepreneur akan membuat teknologi baru, membuka usaha baru, dan memperluas usaha yang sudah ada. Dimana berujung pada terciptanya lapangan kerja yang makin banyak dan pertumbuhan ekonomi yang makin baik.
c. Robert Solow
Robert Solow lebih berfokus pada hubungan antara tabungan, modal, dan output. Semakin tinggi tingkat tabungan masyarakat, makin banyak modal yang bisa dipakai untuk produksi, otomatis output alias hasil produksi juga naik.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi melibatkan empat faktor yaitu manusia, akumulasi modal, teknologi, dan hasil produksi. Jadi, kombinasi antara tenaga kerja yang produktif, modal yang cukup, dan teknologi yang maju adalah kunci pertumbuhan yang berkelanjutan.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis
Dan yang terkahir adalah teori historis, dimana lebih melihat proses bertahap dalam pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat. Ekonomi tak langsung bertumbuh pesat, tapi ada tahap-tahapnya dulu.
Dan tahapan ini biasanya tergantung dari kebiasaan masyarakat dalam memproduksi dan mendistribusikan barang.
a. Frederich List
Menurut List, perkembangan ekonomi masyarakat dibagi ke empat tahap..
- Hidup nomaden (berburu dan mengembara)
- Mulai beternak dan bertani
- Bertani sambil membuat kerajinan
- Masuk ke industri dan perdagangan
Makin ke sini, cara bertahan hidup manusia semakin kompleks dan akhirnya mempengaruhi pola ekonomi mereka juga.
b. Werner Sombart
Sombart melihat pertumbuhan ekonomi dari perubahan organisasi sosial dan ideologi. Menurutnya, masyarakat berkembang melalui tiga tahap..
- Zaman Perekonomian Tertutup – produksi dan konsumsi masih dalam lingkup keluarga.
- Zaman Kerajinan dan Pertukaran – mulai ada pembagian kerja dan aktivitas dagang.
- Zaman Kapitalis – sudah mulai ada pemilik modal dan sistem pasar yang lebih kompleks.
c. Walt Whitman Rostow
Sedangan menurut Rostow ada lima tahapan, yaitu..
- Tradisional – dominasi sektor pertanian
- Transisi (Pre Take-Off) – mulai ada pergeseran dari pertanian ke industri
- Take-Off – struktur sosial dan politik telah siap untuk berkembang
- Drive to Maturity – industri makin maju, tenaga kerja makin terorganisir
- High Mass Consumption – konsumsi barang modern meningkat, penduduk kota makin banyak
d. Bruno Hildebrand
Bruno berfokus ke alat tukar sebagai indikator perkembangan ekonomi. Menurutnya, ekonomi berkembang dari..
- Masa barter – tukar barang langsung
- Masa uang – mulai ada mata uang sebagai alat tukar
- Masa kredit – sistem utang dan pinjaman mulai dipakai
Bruno percaya bahwa distribusi atau cara masyarakat menukar barang jauh lebih penting daripada sekadar produksi atau konsumsi.
e. Karl Bucher
Terakhir, teori Karl Bucher yang melihat pertumbuhan ekonomi dari hubungan antara produsen dan konsumen dengan tahapan..
- Rumah Tangga Tertutup – konsumsi masih dalam lingkup keluarga
- Rumah Tangga Kota – mulai ada hubungan dagang antar wilayah
- Rumah Tangga Bangsa – pertukaran ekonomi dalam satu negara
- Rumah Tangga Dunia – perdagangan sudah global, kayak sekarang ini
Penutup
Okelah mungkin sampai disini yang bsa admn sampaikan terkait pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi bukanlah sekedar urusan negara atau para ahli ekonomi, tapi juga soal kehidupan kita sehari-hari. Gimana harga barang, lapangan kerja, sampai kualitas hidup kita bisa ikut naik asal ekonomi negara-nya berkembang dengan baik.
Semoga apa yang admin sampaikan diatas, bisa menambah wawasan teman-teman terutama tentang materi pertumbuhan ekonomi.