Pengertian Vulkanisme: Gejala, Erupsi & Bentuk Gunung Api

Kamu pernah nggak sih penasaran gimana bumi kita yang tenang ini ternyata menyimpan kekuatan luar biasa di dalamnya? Nah, salah satu kekuatan yang tersembunyi itu adalah vulkanisme. Vulkanisme adalah peristiwa yang bikin bumi ini kadang “batuk-batuk” lewat gunung api. Kejadian ini nggak cuma soal letusan besar yang kadang bikin ngeri, tapi juga soal keindahan alam dan pelajaran besar tentang bagaimana bumi kita bekerja.

Fenomena vulkanisme ini sebenarnya udah ada sejak lama, bahkan jauh sebelum manusia pertama kali menginjakkan kaki di bumi. Vulkanisme juga ikut membentuk banyak lanskap indah yang kita nikmati sekarang. Jadi, sob, kalo kamu suka jalan-jalan ke kawah gunung atau sekadar menikmati pemandangan dari lereng, sebenarnya kamu lagi melihat hasil karya besar vulkanisme!

Dalam artikel ini, aku bakal ngajak kamu untuk lebih mengenal apa itu vulkanisme, gejala-gejala yang bisa diamati sebelum dan sesudah terjadinya letusan, dan bagaimana fenomena ini bisa jadi pelajaran penting untuk kita. Yuk, kita eksplor lebih dalam!

Apa Itu Vulkanisme?

Vulkanisme itu apa sih? Jadi, vulkanisme adalah proses atau peristiwa di mana magma dari dalam bumi bergerak naik ke permukaan melalui saluran yang disebut diatrema.

Magma ini bentuknya cair dan sangat panas, sampai berpijar lho. Ketika akhirnya magma keluar ke permukaan bumi, namanya berubah jadi lava.

Proses ini terjadi karena tekanan besar dari dalam bumi yang mendorong magma untuk mencari jalan keluar. Vulkanisme sendiri tak hanya soal gunung api meletus, tapi juga mencakup segala aktivitas yang berkaitan dengan magma, termasuk pembentukan lanskap, gejala pra-letusan, hingga fenomena pasca-letusan.

Dan yang perlu kamu tahu, vulkanisme ini penting untuk dipahami, terutama bagi kita yang tinggal di Indonesia. Udah tau kan kalo Indonesia ini memiliki banyak gunung berapi aktif, jadi memahami gejala dan aktivitas vulkanisme bisa membantu kita lebih siap menghadapi dampaknya.

Gejala Vulkanisme

Vulkanisme tentu gak terjadi begitu aja ya. Ada gejala-gejala yang bisa diamati, baik sebelum maupun sesudah peristiwa ini terjadi.

Berikut penjelasan dari gejala-gejala vulkanisme..

1. Gejala Pravulkanisme

Gejala pravulkanisme adalah tanda-tanda yang muncul sebelum gunung api meletus. Biasanya ini jadi alarm awal bagi warga yang tinggal di sekitar gunung.

Apa aja sih rentetan gejalanya? Berikut diantaranya..

  • Gempa sering terjadi di sekitar wilayah gunung api. Getaran ini berasal dari pergerakan magma di dalam perut bumi.
  • Sumber air mengering karena magma yang bergerak ke atas menyerap cadangan air tanah di sekitarnya.
  • Suhu di sekitar kawah meningkat. Kalau kamu mendaki gunung dan merasa area kawah lebih panas dari biasanya, bisa jadi ini tanda aktivitas vulkanik sedang meningkat.
  • Suara gemuruh dari dalam gunung tanda kalau magma sedang bergerak naik melalui diatrema.
  • Hewan-hewan turun ke lereng gunung, hewan-hewan lebih sensitif terhadap perubahan di alam, jadi ini sering jadi petunjuk awal adanya bahaya.

Semua gejala ini adalah alarm bagi masyarakat sekitar untuk mulai bersiap menghadapi kemungkinan letusan.

2. Gejala Pascavulkanisme

Setelah gunung api meletus, bukan berarti aktivitas vulkaniknya langsung selesai gitu aja ya. Ada gejala-gejala pasca-letusan yang biasanya muncul setelahnya..

  • Sumber air panas atau geiser sering muncul di area bekas letusan. Air ini biasanya mengandung mineral yang tinggi dan bisa dimanfaatkan untuk kesehatan.
  • Gas vulkanik atau ekshalasi seperti belerang keluar dari rekahan-rekahan di sekitar gunung. Bau belerang ini cukup khas dan bisa jadi tanda aktivitas vulkanik yang masih berlangsung.
  • Air mineral, terutama yang mengandung sulfur atau belerang, sering ditemukan di sekitar lokasi gunung api. Air ini biasanya digunakan untuk pengobatan atau terapi kesehatan.

Gejala-gejala ini menunjukkan bahwa meskipun letusan besar sudah berlalu, gunung api tetap aktif dan masih perlu diawasi.

Erupsi Gunung Api

Erupsi gunung api adalah proses keluarnya magma dari dalam bumi melalui permukaan gunung. Magma terdorong oleh tekanan gas yang sangat kuat di perut bumi.

Saat keluar, magma tersebut bisa berbentuk ledakan dahsyat atau lelehan lava yang mengalir perlahan. Berdasarkan cara dan kekuatannya, erupsi gunung api dibagi menjadi dua jenis yaitu..

1. Erupsi Eksplosif

Jenis erupsi yang ditandai dengan ledakan besar akibat tekanan gas yang sangat tinggi. Magma yang keluar biasanya bersifat kental dan mengandung banyak gas.

Ledakan ini sering menghasilkan awan panas, material piroklastik, serta batuan vulkanik yang terlontar jauh dari kawah. Contoh erupsi eksplosif yang terkenal di Indonesia adalah letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 dan Gunung Krakatau di tahun 1883.

2. Erupsi Efusif

Sebaliknya, erupsi efusif lebih tenang karena magma yang keluar bersifat cair dan gasnya sedikit. Akibatnya, lava mengalir perlahan menuruni lereng gunung tanpa ledakan yang signifikan.

Meski keliatannya gitu aja, erupsi jenis ini juga bisa merusak jika lava yang mengalir mencapai kawasan pemukiman.

Bentuk Gunung Api

Dari berbagai jenis erupsi tadi, terbentuklah berbagai bentuk gunung api. Dan ternyata, gunung api di bumi ini bentukannya gak hanya satu aja lho.

Secara umum, ada tiga bentuk utama gunung api..

a. Gunung Api Maar

Gunung api maar terbentuk akibat erupsi eksplosif. Ledakan besar ini menciptakan kawah yang lebar dan dangkal.

Biasanya, kawah tersebut akan terisi air sehingga menjadi danau kawah yang indah. Di Indonesia, contoh gunung api maar adalah Gunung Lamongan di Jawa Timur dan Dieng di Jawa Tengah.

Uniknya, gunung api maar gak terlalu tinggi seperti gunung pada umumnya. Bentuknya cenderung landai dengan kawah sebagai pusat aktivitas vulkaniknya.

Karena letusannya hanya terjadi sekali dalam periode yang sangat lama, gunung jenis ini jarang terlihat aktif kembali.

b. Gunung Api Perisai

Sesuai namanya, gunung api perisai memiliki bentuk layaknya perisai yang lebar dan landai. Gunung ini terbentuk karena erupsi efusif, di mana lava yang keluar sangat cair sehingga mengalir jauh sebelum membeku.

Akibatnya, lereng gunung menjadi sangat landai dan dasarnya luas.

Sayangnya, gunung api perisai tidak ditemukan di Indonesia. Contoh gunung ini banyak terdapat di kawasan Hawaii, seperti Gunung Mauna Loa dan Gunung Kilauea.

Walaupun tak ada di Indonesia, gunung api perisai tetap menarik untuk dipelajari karena karakteristiknya yang unik dan lava yang sangat cair.

c. Gunung Api Kerucut (Strato)

Gunung api kerucut atau sering disebut stratovolcano adalah bentuk gunung api yang paling umum di Indonesia. Gunung ini terbentuk dari campuran erupsi eksplosif dan efusif, sehingga material yang terendap di lerengnya terdiri dari lapisan batuan beku dan lava.

Bentuk gunung api ini sangat khas dengan puncak yang meruncing seperti kerucut. Beberapa gunung terkenal di Indonesia dengan bentuk ini adalah Gunung Merapi, Gunung Kerinci, Gunung Semeru, dan Gunung Raung.

Aktivitasnya cenderung lebih sering dibandingkan gunung api maar, sehingga perlu diawasi secara ketat oleh ahli vulkanologi.

Status Aktivitas Gunung Api

 

Setiap gunung api aktif memiliki status aktivitas yang ditetapkan oleh pemerintah. Di Indonesia, status ini diatur oleh Permen ESDM No. 15 Tahun 2011 dan dibagi menjadi empat tingkat aktivitas, yaitu..

  1. Level I (Normal)
    Pada level ini, gunung api dianggap tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik yang berbahaya. Pendakian dan aktivitas wisata biasanya masih diperbolehkan, tapi tetap harus mengikuti aturan yang berlaku.
  2. Level II (Waspada)
    Aktivitas vulkanik mulai meningkat. Muncul gejala-gejala seperti gempa kecil atau perubahan suhu di sekitar kawah.
    Masyarakat di sekitar gunung dihimbau untuk lebih waspada dan mengikuti perkembangan informasi dari pihak berwenang.
  3. Level III (Siaga)
    Pada level ini, aktivitas vulkanik semakin intens. Bisa jadi magma sudah mulai naik ke permukaan, dan letusan kecil mungkin terjadi.
    Aparat dan masyarakat biasanya sudah mempersiapkan evakuasi jika status naik ke level berikutnya.
  4. Level IV (Awas)
    Ini adalah tingkat aktivitas tertinggi, di mana gunung api dianggap sangat berbahaya dan letusan besar bisa terjadi kapan saja. Pada level ini, evakuasi wajib dilakukan, dan wilayah di sekitar gunung harus dikosongkan.

Sistem status aktivitas ini penting untuk membantu mitigasi bencana vulkanik. Dengan informasi yang akurat, pemerintah dan masyarakat bisa mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi risiko kerugian dan korban jiwa.

Penutup

Gimana? udah paham kan tentang vulkanisme? Mengetahui tentang aktivitas vulkanisme penting bagi kita, apalagi Indonesia berada di wilayah ring of fire dimana banyak sekali gunung di Indonesia.

Semoga materi tentang vulkanisme ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan kamu ya.